Keterlibatan AS dalam Krisis Suriah

Posted by Aulia Afzal On Sabtu, 18 Agustus 2012 0 komentar
Keterlibatan AS dalam Krisis Suriah

Ilustrasi: Mirror
Ilustrasi: Mirror
WASHINGTON - Keterlibatan Amerika Serikat (AS) dalam krisis Suriah tidak terlepas dari dukungan Negeri Paman Sam terhadap kelompok oposisi Free Syrian Army (FSA). Kebijakan AS ini mendapat kritikan tajam dari Rusia yang merupakan sekutu rezim Suriah.

Barat yang dipimpin oleh AS, selama ini gencar menyuarakan tuntutan agar Presiden Bashar al-Assad segera menyerahkan kekuasaannya. Menurut Barat hal ini dapat mengakhiri konflik mematikan yang telah berlangsung selama 18 bulan terakhir.

Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton berulang kali menekankan pentingnya bagi Suriah untuk memiliki sebuah pemerintahan baru yang lebih demokratis."Jelas, sebuah transisi yang demokratis lebih penting, ketimbang hanya menghapus rezim Presiden Assad. Hal ini sama saja dengan menegakkan kembali aturan hukum yang ada di Suriah," ujar Clinton seperti dikutip Associated Press, Sabtu (18/8/2012).

Kendati menyatakan dukungannya terhadap oposisi, namun AS dinilai hanya memberikan dukungan secara verbal tanpa adanya bantuan berupa persenjataan atau pendanaan. Hal ini pun sempat memancing sentimen anti-AS di kalangan oposisi.

"Selama hampir 17 bulan sejak perang saudara yang terjadi di Suriah, yang kami dapatkan hanyalah janji-janji," ujar Juru bicara oposisi Suriah, Yasser Abu Ali.

Washington hingga saat ini tampaknya belum tertarik menggunakan skenario Libya di Suriah, meski gagasan ini sempat muncul beberapa kali. Negeri Paman Sam mendesak agar masyarakat internasional mengedepankan upaya diplomasi dalam menangani masalah Suriah, kendati seluruh opsi bahkan yang terpuruk sekalipun siap dijalankan.

AS tampaknya cukup marah mendapati kenyataan Kofi Annan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai utusan khusus PBB untuk Suriah. Washington menuding mundurnya Annan sepenuhnya adalah kesalahan Rusia dan China, karena kedua negara ini telah menyebabkan perpecahan di tubuh DK PBB.

"Mundurnya Annan menunjukkan adanya kegagalan dari Rusia dan China di DK PBB dalam hal mendukung resolusi yang bermakna terhadap Presiden Suriah Bashar al Assad. Resolusi itu akan menghukum Assad karena kesalahannya dalam mematuhi solusi Annan," ujar Jubir Gedung Putih Jay Carney.

Dalam laporan terakhir disebutkan Menteri Pertahanan AS Leon Panetta mengklaim Iran terlibat dalam kekerasan di Suriah melalui pembentukan kelompok militan. Kelompok itu kabarnya ikut berperang membantu Presiden Assad dalam bertempur melawan oposisi.(rhs)

0 komentar:

Posting Komentar