Rusia Sesalkan Pengunduran Diri Kofi Annan

Posted by Aulia Afzal On Kamis, 02 Agustus 2012 0 komentar
Rusia Sesalkan Pengunduran Diri Kofi Annan

Presiden Rusia Vladimir Putin (Foto: RIA Novosti)
Presiden Rusia Vladimir Putin (Foto: RIA Novosti)
MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin menyesalkan pengunduran diri Kofi Annan dari jabatannya sebagai utusan khusus PBB untuk Suriah. Namun Putin berharap masyarakat internasional tetap berupaya untuk mencari solusi atas krisis Suriah.

"Sangat disayangkan," ujar Putin, seperti dikutip RIA Novosti, Jumat (3/8/2012).

"Kofi Annan adalah sosok yang sangat layak mengisi jabatan itu, ia seorang diplomat yang cemerlang dan pribadi yang sangat jujur jadi Saya sangat menyesalkan pengunduran dirinya. Namun Saya sangat berharap masyarakat internasional terus berupaya untuk menghentikan kekerasan," beber Putin.

Putin sendiri menyebut situasi di Suriah saat ini adalah sebuah tragedi. Penyesalan yang sama diungkapkan oleh Duta Besar Rusia untuk PBB Vitaly Churkin."Moskow menyesalkan keputusan Annan," tegas Churkin.

Pengunduran diri Annan ini diumumkan oleh Sekjen PBB Ban Ki Moon. Dalam pernyataannya, Ban menyebutkan Annan memutuskan untuk tidak memperbaharui mandatnya yang berakhir pada 31 Agustus mendatang.

Sekjen PBB mengatakan kekerasan spiral di Suriah terus terjadi. Ban bahkan menyebut, baik pemerintah Suriah maupun oposisi terus menunjukkan tekad kuat mereka untuk mengandalkan kekerasan bersenjata.

Selama bertugas sebagai utusan khusus PBB untuk Suriah Putin diketahui sempat mengeluarkan enam inisiatif damai yang bertujuan mengakhiri krisis Suriah.

Upaya diplomatik yang dilakukan PBB dinilai gagal memaksa pihak-pihak yang bertikai untuk menghentikan pertumpahan darah dan memulai dialog. Sementara itu Rusia dan China sendiri diketahui telah tiga kali memveto resolui DK PBB karena takut skenario yang terjadi di Libya terulang kembali di Suriah.

Barat selama ini bersikeras bahwa Presiden Suriah Bashar al-Assad bertanggung jawab atas pertumpahan darah yang terjadi di Suriah karena itu ia harus lengser dari kekuasaannya. Namun keinginan Barat ini bertentangan dengan sikap Rusia dan China dimana keduanya menilai pertumpahan darah di Suriah merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah Suriah dan oposisi.(rhs)

0 komentar:

Posting Komentar