Skandal Badminton, Susi: BWF Harus Bertindak Tegas
Susi Susanti (Foto: PB Djarum)
JAKARTA – Legenda bulutangkis putri Indonesia, Susi Susanti menilai keputusan BWF (Badminton World Federation) untuk mendiskualifikasi empat ganda putri yang terlibat dalam laga kontroversial di Olimpiade 2012 adalah tepat.
Susi mengatakan, dalam olahraga, nilai-nilai sportifitas harus dijunjung tinggi. Selain itu, sikap yang diambil keempat ganda putri, Greysia Polii/Meiliana Jauhari, dua wakil Korea Selatan, Ha Jung-Eun/Kim Min-Jung serta Jung Kyung-Eun/Kim Ha-Na dan unggulan teratas, Wang Xiaoli/Yu Yang dari China tidak memperlihatkan hal sportifitas.
“Ini tentu merupakan keprihatinan untuk dunia bulutangkis, apalagi ini terjadi di event besar seperti Olimpiade yang begitu banyak mendapat sorotan,” ujar Susi saat dihubungi Okezone, Rabu (1/8/2012) malam WIB.
“Jadi, saya pikir sah-sah saja BWF ambil tindakan untuk mendiskualifikasi, karena mau tak mau BWF harus tegas. Ini juga bisa saja menyangkut keberlangsungan cabang olahraga bulutangkis di Olimpiade,” terangnya.
Susi melanjutkan, ketika seorang atlet turun di sebuah kejuaraan, mereka harus siap menghadapi siapa pun lawannya, baik itu dari peringkat atas atau rendah. Namun, dalam skandal ini, Susi enggan menyalahkan satu pihak, karena dalam beberapa kesempatan, ada strategi yang memang harus dipertimbangkan, seperti halnya sering terjadi pada turnamen Thomas-Uber Cup.
“Sesungguhnya, kalau kita mau jadi juara harus kalahkan siapa pun lawan yang akan kita hadapi. Tapi, patut digarisbesari, saya agak mempertanyakan sistem grup yang dipakai di Olimpiade saat ini,” ujar istri dari Alan Budikusuma ini.
“Pada beberapa edisi Olimpiade sebelumnya tidak pernah pakai sistem grup, langsung sistem gugur. Sistem grup ini tampaknya menimbulkan celah untuk terjadi hal-hal seperti ini,” paparnya.
“Tapi, saya pikir tak perlu ada yang disalahkan dalam hal ini, karena terkadang strategi seperti itu juga kerap dipakai di turnamen Thomas-Uber, misalnya kita memilih mengistirahatkan pemain inti untuk menghindari lawan tertentu di babak gugur, meskipun sebenarnya ini juga tidak mengindahkan nilai-nilai sportivitas, tapi ini juga bisa disebut strategi,” pungkasnya.
(win)
Susi mengatakan, dalam olahraga, nilai-nilai sportifitas harus dijunjung tinggi. Selain itu, sikap yang diambil keempat ganda putri, Greysia Polii/Meiliana Jauhari, dua wakil Korea Selatan, Ha Jung-Eun/Kim Min-Jung serta Jung Kyung-Eun/Kim Ha-Na dan unggulan teratas, Wang Xiaoli/Yu Yang dari China tidak memperlihatkan hal sportifitas.
“Ini tentu merupakan keprihatinan untuk dunia bulutangkis, apalagi ini terjadi di event besar seperti Olimpiade yang begitu banyak mendapat sorotan,” ujar Susi saat dihubungi Okezone, Rabu (1/8/2012) malam WIB.
“Jadi, saya pikir sah-sah saja BWF ambil tindakan untuk mendiskualifikasi, karena mau tak mau BWF harus tegas. Ini juga bisa saja menyangkut keberlangsungan cabang olahraga bulutangkis di Olimpiade,” terangnya.
Susi melanjutkan, ketika seorang atlet turun di sebuah kejuaraan, mereka harus siap menghadapi siapa pun lawannya, baik itu dari peringkat atas atau rendah. Namun, dalam skandal ini, Susi enggan menyalahkan satu pihak, karena dalam beberapa kesempatan, ada strategi yang memang harus dipertimbangkan, seperti halnya sering terjadi pada turnamen Thomas-Uber Cup.
“Sesungguhnya, kalau kita mau jadi juara harus kalahkan siapa pun lawan yang akan kita hadapi. Tapi, patut digarisbesari, saya agak mempertanyakan sistem grup yang dipakai di Olimpiade saat ini,” ujar istri dari Alan Budikusuma ini.
“Pada beberapa edisi Olimpiade sebelumnya tidak pernah pakai sistem grup, langsung sistem gugur. Sistem grup ini tampaknya menimbulkan celah untuk terjadi hal-hal seperti ini,” paparnya.
“Tapi, saya pikir tak perlu ada yang disalahkan dalam hal ini, karena terkadang strategi seperti itu juga kerap dipakai di turnamen Thomas-Uber, misalnya kita memilih mengistirahatkan pemain inti untuk menghindari lawan tertentu di babak gugur, meskipun sebenarnya ini juga tidak mengindahkan nilai-nilai sportivitas, tapi ini juga bisa disebut strategi,” pungkasnya.
(win)
0 komentar:
Posting Komentar